Padan Marbun - Simamora
ADA APA MARBUN DAN SIMAMORA?
Aku punya cerita dari sahabat semargaku pada masa lalu. Dia seorang marga Marbun, Banjarnahor, Homban Solotan, dia orang dari Siborong-borong. Dia bercerita tentang kekesalan hatinya saat menyapa seorang tetangganya (katanya orang Pakkat) di bilangan Bekasi sana, bermarga Simamora. Dia menyapa dengan "ampara". Dia diacuhin, bahkan dia balik bertanya: "Dari mana marampara Marbun ke Simamora?
Begitulah awal cerita ini. Apakah Marbun dan Simamora punya ikatan parpadanan? Pada waktu itu aku jawab "Titak" kemudian "Tidak Tahu". Memang pada waktu itu aku tidak mengetahuinya.
Entah karena apa dan untuk apa, kemudian aku menemukan sebuah buku, disana ada tulisan yang mengisahkan parpadanan Marbun dengan Simamora.
Secara singkat akan kuuraikan disini. Mau panjang lebar pun aku tak sanggup. Kupilih tidak dalam bentuk ceritera, tapi entah apalah namanya, beginilah rupanya:
PERTAMA, Si Marbun berangkat dari Silindung ke daerah Humbang mencari namborunya yang dibawa lari oleh seseorang berkuda. Disana dia hampir berkelahi dengan seorang Simamora. Pasalnya Si Marbun merasa diejek oleh Simamora dengan kata-kata "mencari namboruku yang dibawa lari orang tak dikenal"
KEDUA, Pertikaian mereka ditengahi orang tua marga Pasaribu. Dari penelusurannya diketahui bahwa mereka berdua sedang mencari namboru mereka. Kemudian dia berkata: "Kalian tidak usah ribut, namboru kalian ada di rumah saya, ayo kita kerumah sekarang. Mendengar kata itu mereka berdua lega dan menigkutinya sampai kerumahnya. Disana ada anak gadis bapak itu yang cukup menawan hati mereka berdua, hingga cerita tentang namborunya tersebut tak terlanjutkan. Pendekcerita, mereka berdua menjadi menantu bapak itu.
KETIGA, Si Marbun dan Simamora masing-masing dikaruniai 3 anak selama tinggal di daerah itu. Aetelah lama dengan sonduk hela, mereka akhirnya meninggalkan daerah itu mengarah ke Bakkara. Sebelumnya mereka sempat megikat "parpadanan" yaitu: antara anak pertama dengan anak pertama, anak kedua dengan anak kedua, dan anak ketiga dengan anak ketiga.
KEEMPAT, Didaerahku Pakkat sekitarnya, hal itu tidak tampak. Antara keduanya terjadi saling mangalap dan mangalehon boru. Dari ucapan ayah temanku (par Barus)waktu itu: "beta hudongani pe ho. Biasana molo hami (Lumbanbatu) tu nasida (Purba)masiargaan do i". Dari situ dapat dipahami adanya "parpadanan" tersebut tadi.
TERAKHIR, Aku bertanya: "Bagaimanakah uraian ini?" Jika bagus ambil bagusnya, jika buruk tak usah marah. Bila kau marah...? Aku pun tak sempat, juga tidak dapat.
go2bnahor
Aku punya cerita dari sahabat semargaku pada masa lalu. Dia seorang marga Marbun, Banjarnahor, Homban Solotan, dia orang dari Siborong-borong. Dia bercerita tentang kekesalan hatinya saat menyapa seorang tetangganya (katanya orang Pakkat) di bilangan Bekasi sana, bermarga Simamora. Dia menyapa dengan "ampara". Dia diacuhin, bahkan dia balik bertanya: "Dari mana marampara Marbun ke Simamora?
Begitulah awal cerita ini. Apakah Marbun dan Simamora punya ikatan parpadanan? Pada waktu itu aku jawab "Titak" kemudian "Tidak Tahu". Memang pada waktu itu aku tidak mengetahuinya.
Entah karena apa dan untuk apa, kemudian aku menemukan sebuah buku, disana ada tulisan yang mengisahkan parpadanan Marbun dengan Simamora.
Secara singkat akan kuuraikan disini. Mau panjang lebar pun aku tak sanggup. Kupilih tidak dalam bentuk ceritera, tapi entah apalah namanya, beginilah rupanya:
PERTAMA, Si Marbun berangkat dari Silindung ke daerah Humbang mencari namborunya yang dibawa lari oleh seseorang berkuda. Disana dia hampir berkelahi dengan seorang Simamora. Pasalnya Si Marbun merasa diejek oleh Simamora dengan kata-kata "mencari namboruku yang dibawa lari orang tak dikenal"
KEDUA, Pertikaian mereka ditengahi orang tua marga Pasaribu. Dari penelusurannya diketahui bahwa mereka berdua sedang mencari namboru mereka. Kemudian dia berkata: "Kalian tidak usah ribut, namboru kalian ada di rumah saya, ayo kita kerumah sekarang. Mendengar kata itu mereka berdua lega dan menigkutinya sampai kerumahnya. Disana ada anak gadis bapak itu yang cukup menawan hati mereka berdua, hingga cerita tentang namborunya tersebut tak terlanjutkan. Pendekcerita, mereka berdua menjadi menantu bapak itu.
KETIGA, Si Marbun dan Simamora masing-masing dikaruniai 3 anak selama tinggal di daerah itu. Aetelah lama dengan sonduk hela, mereka akhirnya meninggalkan daerah itu mengarah ke Bakkara. Sebelumnya mereka sempat megikat "parpadanan" yaitu: antara anak pertama dengan anak pertama, anak kedua dengan anak kedua, dan anak ketiga dengan anak ketiga.
KEEMPAT, Didaerahku Pakkat sekitarnya, hal itu tidak tampak. Antara keduanya terjadi saling mangalap dan mangalehon boru. Dari ucapan ayah temanku (par Barus)waktu itu: "beta hudongani pe ho. Biasana molo hami (Lumbanbatu) tu nasida (Purba)masiargaan do i". Dari situ dapat dipahami adanya "parpadanan" tersebut tadi.
TERAKHIR, Aku bertanya: "Bagaimanakah uraian ini?" Jika bagus ambil bagusnya, jika buruk tak usah marah. Bila kau marah...? Aku pun tak sempat, juga tidak dapat.
go2bnahor
tidak semua Marbun dan Simamora berpadan lae
BalasHapuslihat simamora yg mana dulu..
Marbun Lumban gaol yg marpadan dengan simamora sipalengge..
selainya itu bukan padan, menurut yg saya tau dari orang-orang sekitar yg tau tentang padan kami
makasih telah memberi komentar, kami tidak meminta anda setuju atau tidak, kami cuma memberi sedikit dari apa yang kami ketahui, biar menjadi sumber bagi orang, karena kami merasa sumber ttg batak dan sekitarnya perlu banyak.
HapusSaya mau tanya hubungan lumban gaol sama simamora apa ya
BalasHapustidak ada disebut begitu, yang dikatakan 3 anak mereka, maka lumban gaol dengan debata raja. Memang ada kisah lain menuturkan kalau tidak semua simamora, sumerham tidak termasuk di sana, tapi saya tidak tau cerita lengkapnya, sebab saya cuma tubu ni br simamora-debataraja-sumerham. Semoga berkenan.
HapusHallo lae penulis, dari tulisan lae di atas yang jauh dari kaidah ilmiah, tanpa referensi yang sahih, berpotensi memberikan pemahaman yang salah bagi generasi muda. Kalau mau menyajikan hal ini sebaiknya dikaji lebih dalam dengan kaidah kaidah ilmiah yang baik.
BalasHapusSaran : Lebih baik kalau tulisan di atas dihapus.
Makasih memberi komentar, kami akan pertimbangkan, kami harap kaidah segala macam jangan dikaitkan dengan ini, ini bukan tulisan ilmiah, ini ttg riwayat dalam versi kisah dan cerita, boleh suka boleh tidak, bila anda boleh tidak suka, biarkanlah saya suka, bukan berarti kita musuh. salam.
HapusLama ga pernah buka laman, yah begini jadinya, ada yg hilang, rusal link, yah ampun.
BalasHapus